WELCOME TO MY BLOG

Kamis, 22 April 2010

Mobil Jepang Lebih Bersaing Kendati Harganya Tidak Otomatis Turun


Menguatnya nilai tukar dolar terhadap yen memang menyebabkan harga suku cadang impor dari Jepang lebih murah. Namun, hal itu tidak otomatis akan mempengaruhi harga mobil Jepang di Indonesia menjadi lebih murah dari harga jual sekarang. ''Jelas kita diuntungkan oleh fluktuasi nilai tukar yen, tetapi tidak otomatis menurunkan harga mobil di Indonesia. Sebab, harga tidak semata-mata ditentukan oleh faktor biaya, tetapi dipengaruhi keadaan pasar,'' ujar Vice President PT Astra International Ir Palgunadi kepada Jawa Pos di Jakarta kemarin. Seperti diberitakan kemarin, menguatnya nilai tukar dolar terhadap yen bisa meringankan pembayaran utang luar negeri hingga 14 persen. Sebab, 40 persen utang Indonesia dalam bentuk yen. Penurunan nilai yen ini juga akan memberikan bonus bagi industri otomotif. Sebab, pembelian suku cadang impor dari Jepang menjadi lebih murah. Apalagi, sebagian besar suku cadang dari Jepang dibayar dengan dolar. Mengapa harga mobil tidak otomatis turun, padahal harga komponen utamanya jelas lebih murah? ''Kalau teman kita menjual mobil Rp 100 juta, misalnya, apakah kita lantas menjual mobil di kelas yang sama dengan harga Rp 90 juta? Kan tidak begitu. Makanya, soal harga itu bergantung mekanisme pasar,'' katanya. Yang jelas, menurut Palgunadi, kenaikan nilai dolar terhadap yen ini akan menyebabkan mobil-mobil Jepang di Indonesia lebih kompetitif. Andaikata mobil lain dijual dengan harga lebih murah, mobil Jepang akan siap dengan perkembangan harga. Dijelaskan, kalangan industri otomotif juga tidak akan mudah terkejut oleh fluktuasi nilai tukar mata uang asing karena fluktuasi sudah menjadi kalkulasi dalam setiap pembuatan kontrak pembelian suku cadang. ''Jadi, saya tidak berani mengatakan bahwa dengan menguatnya nilai tukar dolar terhadap yen, atau menurunnya nilai yen, tidak berarti harga mobil Jepang akan turun. Tetapi, mobil Jepang lebih siap kompetisi,'' jelasnya. Menurut Palgunadi, pengaruh menguatnya nilai dolar terhadap yen juga tidak akan terasa langsung. Boleh jadi, pengaruh penurunan yen ini baru akan dirasakan kalangan pengusaha setelah enam bulan. ''Karena kontrak pembelian yang dilakukan sekarang ini, boleh jadi realisasi pembayarannya baru enam bulan kemudian. Mungkin, pada saat enam bulan kemudian akan terjadi fluktuasi lagi,'' katanya. Sementara itu, Direktur Institut for Development of Econimic
and Finance Dr Didik J. Rachbini memperkirakan, kenaikan nilai tukar dolar terhadap yen sangat kecil kemungkinannya bisa menurunkan harga mobil Jepang di Indonesia. Meskipun, fluktuasi nilai tukar yen kali ini jelas menguntungkan produsen mobil. ''Secara teoritis, mestinya dengan menguatnya dolar terhadap yen ini harga komponen menjadi lebih murah. Karena, impor suku cadang dari Jepang kita bayar dengan dolar. Tetapi, hal itu tidak lantas menyebabkan harga mobil Jepang di Indonesia menjadi murah,'' katanya. Penurunan harga mobil Jepang, menurut Didik, hanya akan terjadi apabila kompetitornya mampu menampilkan harga lebih murah. Munculnya mobnas, misalnya, jelas efektif untuk membuat mobil Jepang, bahkan mobil lain untuk menurunkan harga. ''Jadi, saya tidak percaya kalau fluktuasi nilai tukar dolar kali ini akan mempengaruhi harga mobil Jepang. Karena, penentuan harga sangat didominasi oleh faktor lain, termasuk dominasi produsen yang begitu besar,'' katanya. Kuatnya dominasi produsen, menurut Didik, bisa diketahui ketika terjadi kenaikan nilai tukar yen terhadap dolar beberapa waktu lalu. Saat itu harga mobil Jepang kontan naik. Karena kenaikan nilai tukar yen, berarti menambah biaya produksi. ''Nah, biaya produksinya menjadi lebih mahal, maka produsen tidak mau menanggung rugi. Maka dibebankan kepada konsumen. Harga mobil pun segera naik. Tetapi, ketika nilai dolar naik atau nilai yen merosot, keuntungan yang mestinya diberikan kepada konsumen berupa penyesuaian harga ditilep saja. Itulah gambaran dominasi produsen otomotif selama ini,'' jelas Didik. Sementara itu, pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia Dr Sri Mulyani meragukan harga mobil produk Jepang akan turun berkaitan dengan melemahnya nilai tukar yen terhadap dolar AS. ''Sebab, bisnis otomotif di Indonesia bersifat oligopoli,'' ujarnya kepada Jawa Pos di Jakarta kemarin. Salah satu sifat bisnis oligopolis, lanjutnya, jika harga komponen turun, harga jual produknya tidak ikut turun. Tetapi sebaliknya, jika harga komponen naik, harga jual produknya ikut naik. ''Tidak fair memang. Tetapi, begitulah. Sebab, harga dibentuk oleh kesepakatan bersama antarprodusen mobil, ''katanya. Jadi, margin produsen mobil akan naik? ''Kemungkinan begitu. Sebab, dengan melemahnya nilai tukar yen terhadap dolar AS, harga komponen otomotif dari Jepang akan turun. Tetapi, produsen tidak menurunkan harga jual, sehingga keuntungan mereka naik,'' jawabnya. Namun, prediksi Sri ini bisa saja berubah. Artinya, bisa saja harga komponen otomotif produk Jepang harganya tidak turun. Sebab, pembelian komponen otomotif biasanya dilakukan dengan fixed price (harga yang sudah ditentukan sejak beberapa waktu sebelumnya). Sehingga, jika nilai tukar yen melemah terhadap dolar AS seperti sekarang, harga barangnya tidak otomatis turun. Menurut Sri, harga komponen otomotif produk Jepang akan benar-benar turun sekitar tiga bulan mendatang. Sebab, dengan fixed price, harga akan berubah sekitar waktu tersebut. Tetapi, itu jika nilai tukar yen terhadap dolar AS terus turun, atau minimal tetap seperti sekarang. ''Kalau nilai tukar yen terhadap dolar AS naik lagi, ya harga akan kembali lagi,'' katanya. Sebab itu, Sri menyarankan, masyarakat jangan terlalu banyak berharap bahwa harga mobil produk Jepang akan turun. ''Kemungkinan harga mobil turun sangat tipis. Kalau harganya naik, itu sudah ditentukan secara berkala,''katanya. Tetapi, dengan kondisi seperti sekarang ini, menurut dia, mobil produk Jepang memiliki daya saing yang tinggi, khususnya menghadapi mobil produk Korea yang sudah dijadikan mobil nasional. ''Selama ini mobil Jepang terpukul dengan adanya program mobil nasional yang mengadaptasi mobil produk Korea. Nah, dengan melemahnya yen ini, maka komponen mobil produk Jepang harganya turun, sehingga mampu bersaing dengan mobil Korea.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar