WELCOME TO MY BLOG

Kamis, 22 April 2010

5 Sektor strategis masih berdaya saing rendah

JAKARTA (bisnis.com): Meski dihadapkan pada situasi optimistis, kinerja lima sektor strategis sepanjang tahun ini ternyata masih berpotensi tumbuh negatif karena tak berdaya saing sehingga dibayangi penurunan pangsa pasar domestik.

Implementasi liberalisasi pasar Asean–China (ACFTA) yang membebaskan bea masuk 6.682 pos tarif produk industri manufaktur dan pemberian insentif ekspor (export VAT rebate) menyebabkan harga produk manufaktur China menjadi sangat kompetitif.


Sebaliknya, problem infrastruktur dan tingginya biaya produksi menyebabkan harga produk dari industri lokal lebih tinggi. Akibatnya, sejumlah pengusaha di lima sektor padat karya yang memiliki pangsa pasar lokal cukup besar mengkhawatirkan penjualan mereka di pasar domestik akan merosot tajam karena kalah bersaing dengan produk serupa dari China.


Kelima sektor strategis yang memiliki konsumsi lokal sangat besar itu adalah pertekstilan sebesar Rp78 triliun per tahun, besi dan baja (Rp40 triliun), alas kaki (Rp27 triliun), kimia hilir (Rp23 triliun), serta elektronik (Rp20 triliun).


Namun, pangsa pasar kelima sektor industri itu setiap tahun selalu terkikis secara konsisten menghadapi serbuan produk China baik yang masuk secara legal maupun ilegal. Apalagi, daya saing kelima sektor industri tersebut rerata belum mampu menghadapi produk China.


"Saya baru ketemu dengan empat pengusaha besar alas kaki. Mereka ditawari produk sepatu asal China yang masuk melalui berbagai pelabuhan di Sumatera. Satu kontainer tanpa dokumen all in hanya Rp35 juta. Kondisi seperti ini yang membuat industri kita tak bisa bersaing," ujar Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Eddy Widjanarko kepada bisnis.com.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar